SIDIKJARI- Pada tanggal 14 hingga 17 Oktober 2024, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purwakarta mengadakan kegiatan simulasi dan pameran kebencanaan yang ditujukan sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat, khususnya kepada pelajar di wilayah tersebut.
Kegiatan ini mendapatkan apresiasi positif dari Rani Indriani, Kepala Sekolah SDN 3 Sindangksih, yang menilai bahwa inisiatif BPBD tidak hanya merupakan bagian dari tugas resmi mereka, tetapi juga merupakan tanggung jawab sekolah dalam menerapkan program sekolah ramah anak.
Rani Indriani menjelaskan bahwa program sekolah ramah anak mengharuskan adanya kesadaran dari pihak sekolah untuk memberikan pelayanan yang maksimal, termasuk di dalamnya adalah perhatian terhadap keselamatan di lingkungan sekolah.
"Keamanan bangunan sekolah, fasilitas evakuasi bencana di setiap sekolah, serta aspek lainnya adalah hal-hal yang harus diperhatikan," ujarnya pada Senin, 14 Oktober 2024.
Rani menegaskan bahwa semua ini memerlukan edukasi yang menyeluruh kepada seluruh warga sekolah, termasuk orang tua siswa.
Lebih lanjut dikatakan, terkait dengan bidang Pendidikan, BPBD juga dapat bekerjasama dengan sekolah melalui cara pengelolaan sampah yang terintegrasi pula pada program dinas Pendidikan yaitu tatanen dibale atikan, saat ini disetiap sekolah di kabupaten purwakarta telah menerapkan program TDBA yang salah satunya fokus pada pengelolaan sampah baik plastic maupun sampah organic.
Dengan adanya edukasi dari BPBD hal tersebut dapat menguatkan program sekolah melalui resiko yang akan didapatkan jika kita sebagai Masyarakat dan belajar tidak memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan khususnya penanggulangan sampah.
Kerjasama ini saling menguntungkan tentusaja karna sebagai warga Masyarakat tanpa terkecuali sekolahh juga memiliki kewajiban melestarikan lingkungan dan melindungi diri dari ancaman bahaya yang dapat disebabkan baik dari tangan manusia ataupun alam.
Selama ini Masyarakat menganggap pentingnya edukasi tentang penanggulangan bencana setelah terjadinya bencana, budaya tersebut harus kita rubah tentu saja sebagai Upaya mitigasi kita dalam meminimalisir korban yang berjatuhan.
"Kita juga tidak tau kapan terjadinya bencana Dengan adanya edukasi ini diharapkan masuarakat terutama pelajar sadar akan pentingnya memahami letak wilayah tempat tinggal seperti rumah, maupun lingkungan sekolah dengan segala resikonya,"pungkasnya.
Komentar0