Ketua LSM Barak Indonesia Marcab Purwakarta, Mahesa Jenar, mengungkapkan bahwa keberadaan pendamping desa saat ini tidak memberikan dampak positif yang signifikan terhadap pembangunan desa di Purwakarta.
Menurut Jenar, kinerja pendamping desa yang seharusnya menjadi motor penggerak dalam pemberdayaan masyarakat justru mengalami banyak kendala dan ketidaksesuaian antara tujuan dan realisasi di lapangan.
Dalam laporan yang disampaikan, LSM Barak Indonesia mencatat sejumlah masalah yang dihadapi oleh pendamping desa, antara lain kurangnya pemahaman terhadap konteks lokal, minimnya pelatihan yang memadai, dan rendahnya interaksi dengan masyarakat setempat.
Hal ini menyebabkan program-program yang dirancang untuk memberdayakan masyarakat desa tidak berjalan optimal.
"Banyak pendamping desa yang tidak mengerti kebutuhan dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat setempat, sehingga program yang diusulkan tidak relevan dan kurang diterima," ujar Jenar.
"Pendamping desa seharusnya menjadi jembatan antara masyarakat dan pemerintah, namun kenyataannya justru seringkali terputus. Hal ini mengakibatkan munculnya tumpang tindih program dan alokasi anggaran yang tidak tepat sasaran," lanjut Jenar.
LSM Barak Indonesia menekankan pentingnya evaluasi menyeluruh terhadap kinerja pendamping desa yang ada saat ini. Dalam pandangan mereka, jika kinerja pendamping desa tidak dapat ditingkatkan dan tidak menunjukkan perubahan yang berarti, maka langkah pembubaran lembaga tersebut patut dipertimbangkan.
"Jika pendamping desa tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik, lebih baik dibubarkan saja. Kita butuh sistem yang lebih efektif dalam pemberdayaan masyarakat desa, bukan sekadar keberadaan lembaga yang tidak memberikan dampak," tegasnya.
Komentar0